Senin, 02 November 2009

Remaja dan Globalisasi; Menembus Batas Jarak dan Waktu


Bicara masalah remaja adalah bagaiamana kita bicara tentang konsep apa itu remaja. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya tentang perkembangan remaja menjelaskan bahwa remaja adalah masa atau waktu yang dilalui oleh setiap individu atau seseorang baik laki-laki atau perempuan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yakni antara 12 sampai 20 tahun. Masa tersebut adalah masa transisi yang tentu ditandai dengan perubahan pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan pola interaksi dalam perkembangan sosial lingkungannya. Dari definisi hukum juga tidak ada penjelasan secara spesifik tentang remaja, yang ada dalam hukum adalah anak-anak dan dewasa maka, masa remaja adalah masa pencarian jati diri setiap individu untuk mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sosialnya atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Sementara globalisasi adalah tidak terbatasnya jarak dan waktu, dari satu sisi ke sisi yang lain dan menyatu dalam satu ruang yakni ruang yang lebih luas tetapi terasa dekat dan terlihat, dan secara kuantitas bahwa batas dari Negara yang satu ke Negara yang lain kalau diukur itu jauh dan lebih jauh, dan dilihat secara kasat mata maka tak kan terlihat orang-orang yang berada di belahan bumi yang lain. Lebih jauh bahwa realitas yang terjadi memang kita sudah masuk pada sebuah ruang yang lebih luas yakni ruang globalisasi dan dibarengi dengan berbagai kemajuan diantaranya adalah teknologi informasi, seperti alat-alat komunikasi, internet dan media masa yang setiap saat kita bisa mendengar dan melihat setiap kejadian di bumi ini.
Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Realita yang terjadi adalah globalisasi tidak sesederhana yang kita bayangkan atau keuntungan-keuntungan semata yang akan kita dapatkan baik secara politik dan ekonomi, namun hal yang penting dan juga harus menjadi perhatian kita bersama terutama kita sebagai bangsa timur bahwa, terjadinya globalisasi konskuensinya adalah terjadinya gesekan dan benturan budaya. Budaya barat identik dengan kebebasan dan budaya timur identik dengan kepatuhan akan norma dan nilai yang luhur apakah itu agama ataupun adat istiadat.
Benar adanya, jika berbagai pendapat mengatakan bahwa era globalisasi mengubah style dunia. Jarak antar negara negara serasa kian dekat. Salah satu dampak globalisasi adalah perubahan tatanan hidup gaya remaja atau style remaja khususnya remaja di Indonesia.
Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa globalisasi terlihat ketika semua orang di dunia sudah memakai celana Levis dan sepatu Reebok, makan McDonald, minum Coca-Cola. Dr. Arief Budiman dalam bukunya tentang “Teori Pembangunan Dunia Ketiga” menggambarkan bahwa dunia dan masyarakatnya sudah terprogram seperti sebuah rekayasa besar yang sedang berjalan dimana telah menjadi alat yang ampuh dari kapitalisme Barat yang mengguncangkan, merontokkan dan meluluh-lantakkan bukan hanya ekonomi, tetapi kehidupan negara-negara miskin dalam suatu bentuk pertandingan tak seimbang antara pemodal raksasa dengan buruh gurem. Rakyat kecil tak berdaya di negara-negara miskin, menjadi semakin terpuruk dan merana.
Kaitannya dengan dunia remaja, bahwa remaja meiliki dunia tersendiri atau sub culture dalam pola interaksi dalam masyarakat. Di masa yang penuh dengan keunikan dan arti serta perjuangannya, remaja sangat rentan terhadap perilaku atau tindakan baik secara individu atau kelompok yang mengarah kepada tindakan-tindakan yang menyimpang, apalagi saat ini remaja dihadapkan dengan jaman yang serba wah, serba menyenangkan dan secara tidak sadar masuk kepada gaya hidup yang hidonis dan budaya pop yang sudah merambah dan mengubah perilaku remaja yang tidak memandang tingkatan atau kelas dalam masyarakat.
Saya mengutip yang dikatakan oleh Ustazah Irene Handono, bahwa ia menganalogikan terhadap kita bahwa kita terutama para remaja seperti seekor katak yang hidup atau berenang di dalam bak, kemudian air dalam bak teresbut sikit demi sedikit di tambah airnya dengan air panas dan pasti suhu air berubah menjadi sedikit hangat kemudian katak tetap berenang di dalam bak tersebut sampai terbiasa, setelah terbiasa maka ditambah lagi sedikit air panas maka, tentu air dalam bak bertambah hangatnya dan katak tetap berenang di dalam bak dan sampai terbiasa dan seterusnya proses tersebut dilakukan samapai air dalam bak tersebut berubah menjadi panas pada akhirnya katak pun tidak bisa berenang lagi alias mati.
Begitulah hakikatnya yang sedang terjadi di jaman atau era globalisasi ini yang mau atau terpaksa, sadar atau tidak sadar bahwa kita memang sudah di dalam ruang atau jaman globalisasi dan moderenisasi. Saya hanya menyampaikan bahwa betapa rumit dan kompleknya permasalahan yang diakibatkan oleh globalisasi, terutama pada kaum remaja kita. Bukan berarti globalisasi itu adalah momok yang menakutkan tetapi kita dan remaja kita harus mamahami dan mengerti konsekuensinya atau untung ruginya ketika kita berada di ruang globalisasi.
Memang, remaja sekarang tidak akan jauh dengan persoalan yang namanya teknologi yang berkembang, akan tetapi jika disalah gunakan pasti akan merugikan baik secara individu maupun sosial. Contoh yang banyak terjadi adalah penyalahgunaan alat komunikasi HP atau telepon gemgam yang memang saat ini hampir setiap orang memilikinya. Banyak terjadi perselingkuhan pada masyarakat gara-gara HP. Dulu orang mengintip dengan susah payah untuk bisa melakukannya, sekarang dengan keker kecil dan canggih anak kecilpun bisa menikmati pornografi atau pornoaksi, yang kadang sambil ketawa cengengesan dan tidak risih melihat adegan sur di dalam HP yang konon katanya sudah menjadi kebutuhan pokok itu. Sekarang kalau tak megang HP sama kayak orang blo’on, jomblo, dan sebagainya, dan masih banyak lagi fenomena-fenomena yang lain di jaman globalisasi ini yang memang sudah menjadi bagian kehidupan kita. Al hasil yang terjadi adalah perubahan pola perilaku terutama kaum remaja berubah menjadi perilaku yang timpang yakni tidak sesuai lagi dengan harapan-harang orang tua, guru dan masyarakatnya.
Sebagai remaja dalam menyikapi Globalisasi ini, harus dapat menyaring mana yang harus dipilih dan tidak. Globalisasi itu banyak positif dan negatifnya, tinggal kita bagaimana dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, dari sisi kemajuan teknologi it’s Ok, kita perlu menerima kemajuan teknologi, tapi soal berpakaian dan pergaulan kita jangan sampai meninggalkan norma dan etika, kita tidak boleh lupa sebagai bangsa Indonesia, bangsa menjunjung nilai-budaya dan akal budi. Jika kita dapat menerapkan dampak positif globalisasi bukan tidak mungkin kita kelak akan menjadi bangsa yang maju.
(By Suyudi, S.Sos) guru MA Al Hidayah


Kamis, 29 Oktober 2009

facebook

al hidayah ( ma ) lagi dilanda virus online, mulai email, facebook, twitter, blog. ada yg cuman browsing tok. wah pokoke rame banget dari guru sampai murid. ada yg pakai hp, laptop dll. ayo gabung ... yg belom lho